Jakarta,VisioneerNews.id –
Kapan Kita Pulang?
Kisah tentang Eril, anak lelaki kesayangan kami. hakekatnya adalah cerita tentang kita semua. Hakekat bahwa semua dari kita, pasti akan pulang. Dengan waktu, tempat dan cara yang kita tidak akan pernah selalu tahu.
Hidup di dunia ini sesungguhnya adalah tentang perjalanan bukan tujuan. Dan seperti cerita setiap perjalanan, kisah selalu dimulai dari sebuah titik awal. Dan kisah akan selesai di sebuah titik akhir. Dan untuk setiap yang datang, pasti akan ada saatnya untuk kembali pulang.
Agar perjalanan selamat, maka petunjuk jalan dan bekalnya harus kita siapkan. Petunjuk jalan adalah keimanan. Bekal perjalanan adalah anafauhum linnas, yaitu tas berisi pahala amal-amal kebaikan kita. sudah mengikhlaskan, bahwa sesungguhnya ia sudah selesai dengan perjalanannya. Paripurna hidupnya dengan segala amalnya. Ia berpulang kepada pemilik sesungguhnya sesuai jadwalnya.
Jadwal yang sudah tertulis di kitab takdir Allah yaitu Lauhul Mahfudz.
Saat ini kami sedang menggapai tali keimanan dan keikhlasan, agar bisa memandu kami beradaptasi terhadap takdir ini.
Kami meyakini, sesunggunya ada dua cara menilai panjang pendek umur manusia. Yang pertama, menilai dengan panjangnya umur biologis yang dihitung dengan bulan atau tahun. Itu kebiasaan kita.
Namun, ada cara kedua, yaitu menghitung berapa panjangnya, lamanya dan besarnya amal kebaikannya saat ia hidup di dunia fana ini
Eril, kamu niatnya pergi mencari ilmu dan pelajaran, malah akhirnya, kamu yang memberi ilmu dan pelajaran kepada kami semua.
Dear Eril, ayahmu ini baru tahu, bukan hanya ratusan atau ribuan, tapi juga jutaan yang mendoakanmu Ril. Dari anak-anak yatim di desa-desa, tukang ojek dan becak di belokan jalan kota, sampai ulama-ulama di Palestina.
Dari mereka yang dekat dengan hatimu sampai mereka yang sama sekali tidak mengenalmu.
Mungkin ini karena kebaikanmu membelikan baju lebaran kepada anak-anak yatim itu. Atau karena kebaikanmu ngasih THR dari uangmu sendiri kepada satpam-satpam itu, Ril?
Mungkin ini pahala kesabaranmu, saat tidak semua maumu kami berikan walau kami mampu. Sehingga, kamu harus berkerja sambilan sambil kuliah Ril?
Mungkin ini balasan dari doa-doa malammu, dan akhlak muliamu yang selalu menebar senyum penuh radiasi bahagia itu Ril?
Mungkin ini buah dari saat kamu hujan-hujan memimpin anak-anak muda membagikan sedekah kepada panti asuhan dan duafa-duafa itu Ril?
Mungkin ini berkah dari kebaikamu melindungi sesama manusia di sekelilingmu Ril? Bahkan di saat kejadian itu, kamu selamatkan ibumu dengan melarangnya masuk ke sungai dan kamu relakan pelampung itu untuk adikmu.
Kamu sejatinya adalah pahlawan.
Sungguh kamu diam-diam ternyata sudah menyimpan bekal untuk perjalanan pulang itu Ril. Masyaallah.
Dan tenanglah dimanapun kamu berada Ril, sesungguhnya, ridhallahu fi ridhawalidain. Rida allah akan menyertaimu sekarang, karena kami, kedua orangtuamu sudah ikhlas dan rida melepas kepulanganmu
Jadi Kapan Kita Pulang?
Kita tidak akan pernah tahu.
Namun, jika panggilan pulang itu datang, pastikan bekal itu cukup.
Bern, Swiss
2 Juni 2022
Ridwan Kamil
A Proud Father of Emmeril Khan Mumtadz.
(Red/Dion/Hj.Rolla)